Universitas Andalas Jadi Motor Hilirisasi Riset Sawit: Teknologi Deteksi TBS Diperkenalkan ke Petani dan UMKM di Deli Serdang
Padang, 30 June 2025

Dalam rangka mendorong hilirisasi riset kelapa sawit, Asosiasi Inventor Indonesia (AII) di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara melaksanakan kegiatan sosialisasi hasil-hasil riset Program Grand Riset Sawit (GRS) pada Senin (30/6/2025). Kegiatan ini merupakan bentuk nyata sinergi antara peneliti, pemerintah, dan pelaku industri sawit, dengan dukungan penuh dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Ketua Umum AII, Prof. Didiek Hadjar Goenadi, menjelaskan bahwa kegiatan ini menjadi langkah konkret untuk menjawab tantangan rendahnya pemanfaatan hasil riset oleh petani dan UMKM. “Sosialisasi ini dilakukan karena ada keluhan bahwa hasil riset kelapa sawit yang dibiayai BPDP kurang dimanfaatkan. Karena itu, AII hadir ke sejumlah wilayah untuk menyampaikan hasil riset secara door to door,” ujarnya.
Universitas Andalas menonjol dalam kegiatan ini melalui invensi alat deteksi kematangan buah sawit (TBS) yang dikembangkan oleh Dr. Eng. Muhammad Makky dan tim. Alat ini telah berhasil mengubah hasil riset laboratorium menjadi teknologi siap pakai yang sangat aplikatif di lapangan. Petani dapat dengan mudah menentukan waktu panen yang tepat, sehingga kualitas TBS meningkat dan risiko pemotongan harga oleh pabrik dapat dihindari. Inovasi ini juga dilengkapi dengan aplikasi Android berisi informasi teknis dan standar budidaya kelapa sawit.
Rektor Universitas Andalas sangat mengapresiasi capaian ini. “Universitas Andalas berkomitmen penuh pada proses hilirisasi riset sebagai wujud nyata kontribusi perguruan tinggi kepada masyarakat. Teknologi ini diharapkan mampu memberikan dampak signifikan bagi kesejahteraan petani sawit,” ujar Rektor.
Wakil Rektor IV Unand, Prof. Henmaidi, menambahkan bahwa kolaborasi antara universitas dengan industri merupakan langkah penting dalam pengembangan teknologi tepat guna yang berkelanjutan. “Kami berharap kerja sama seperti ini terus ditingkatkan agar manfaat riset lebih luas dirasakan oleh masyarakat, khususnya para petani dan pelaku UMKM,” kata Prof. Henmaidi.
Direktur Kerja Sama dan Hilirisasi Riset Universitas Andalas, Dr. Eng. Muhammad Makky, menegaskan pentingnya proses hilirisasi dalam memastikan riset tidak berhenti di laboratorium. “Teknologi yang tidak sampai ke petani adalah teknologi yang belum selesai. Kami memastikan bahwa hasil riset hadir langsung di tengah-tengah masyarakat untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani,” ungkap Dr. Makky.
Selain Universitas Andalas, acara ini juga memperkenalkan beberapa teknologi lain, seperti teknologi budidaya jamur tiram berbasis tandan kosong kelapa sawit (TKKS) oleh Firda Dimawarnita dari PPKS Unit Bogor, serta teknologi aplikasi pupuk BioSilAc oleh Donny N. Kalbuadi dari PPKS Unit Bogor, yang membantu adaptasi tanaman terhadap perubahan iklim.
Direktur Penyaluran Dana Hilir BPDPKS, M. Alfansyah, mengungkapkan bahwa dana riset yang dikelola BPDPKS berasal dari kontribusi industri kelapa sawit nasional, sehingga hasilnya harus kembali dalam bentuk teknologi yang mudah digunakan oleh petani. “Kerja sama dengan AII menjadi jembatan penting dalam mempercepat pemanfaatan teknologi di tingkat lapangan,” katanya.
Ketua Panitia dari AII, Dr. Mohammad Yunus, menyampaikan bahwa antusiasme peserta sangat tinggi, terutama terhadap teknologi Universitas Andalas yang dianggap langsung menjawab kebutuhan petani di lapangan. “Ini membuktikan bahwa hilirisasi riset tidak harus berupa industri besar. Teknologi sederhana dan aplikatif justru paling relevan bagi petani dan UMKM,” ujar Dr. Yunus.